Thursday, January 8, 2009

Tahun Penuh Tantangan

Tahun 2008 sudah kita tinggalkan. Kita menutup 2008 dengan kondisi yang cukup berat, terutama terkait dengan masalah ekonomi yang sedang dilanda kelesuan yang berakibat merosotnya kesejahteraan masyarakat.

Kini, kita sudah menapak ke tahun 2009, tahun yang berat dan penuh tantangan. Tahun yang menjadi pertaruhan bagi bangsa kita, apakah kita bisa melewati dengan baik atau tidak. Apakah kita bisa menjadi bangsa yang dewasa atau tidak. Apakah kita berbakat menjadi bangsa besar atau tidak.

Tantangan berat pertama adalah ekonomi. Kita tahu pada triwulan terakhir tahun lalu ekonomi Amerika limbung. Karena Amerika merupakan pusat pusaran ekonomi dunia, maka ketika negara besar tersebut roboh, keruntuhannya menyeret hampir seluruh negara di dunia. Sebagai negara yang merupakan bagian dari globalisasi ekonomi, ekonomi Indonesia ikut terhuyung.

Sampai saat ini sudah puluhan ribu tenaga kerja harus terkena pemutusan hubungan. Industri terutama yang berbasis ekspor seperti sepatu dan tekstil harus menelan kerugian. Perbankan menaikkan suku bunga sehingga memberatkan debitor. Permintaan akan barang menciut. Perusahaan-perusahaan menunda ekspansi. Bursa pun ikut-ikutan jatuh.

Banyak yang memperkirakan bahwa krisis global yang berimbas ke Indonesia ini akan memasuki puncaknya pada triwulan pertama tahun ini. Karena itulah, ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengatasi masalah tersebut agar krisis ini bisa dilokalisasi dan diperkecil dampaknya. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.

Pemerintah sendiri akan kesulitan dalam mengatur keuangan. Ketika ekonomi terpangkas, otomatis kegiatan bisnis juga menyurut, konsekuensinya penerimaan pajak akan merosot. Diperkirakan penerimaan pajak tahun ini bisa terpangkas sampai Rp 70 triliun. Ini tentu memberatkan anggaran, sehingga terpaksa lagi utang luar negeri ditambah. Saat ini saja pembayaran utang luar negeri dalam rupiah menjadi besar karena rupiah yang melemah 25 persen terhadap dolar AS.

Tantangan kedua adalah di bidang politik. Tahun ini akan diselenggarakan pemilihan umum untuk legislatif dan beberapa bulan kemudian pemilihan presiden dan wakil presiden. Ukuran kesuksesan dari terselenggaranya pemilu adalah jika pemilu berjalan dengan aman, jujur, adil, dan besarnya partisipasi masyarakat.

Di tengah muramnya ekonomi, di tengah puluhan ribu orang yang terkena PHK, di tengah kemiskinan yang masih membelit kita, di tengah jutaan pengangguran yang ada, bukan perkara mudah untuk menyelenggarakan pemilu yang aman dan damai. Biasanya dalam kondisi seperti itu, masyarakat begitu gampang untuk disulut dengan kekerasan.

Selain itu, dengan berkaca pada pemilihan kepala daerah di mana partisipasi masyarakat dalam pemilihan terus merosot, bahkan ada yang hampir separuh tidak mencoblos, menjadi tantangan sendiri. Begitu pula tata cara pemilihan yang berubah, harus segera disosialisasikan kepada masyarakat. Kita tahu bahwa sebagian masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan, mereka butuh sosialisasi intensif.

Tapi betapapun sulitnya, tantangan itu harus kita hadapi sekaligus kita atasi dengan sebaik-baiknya. Bangsa ini berbakat menjadi bangsa besar. Maka, kita harus membangun kesadaran kolektif berupa kesamaan semangat untuk membangun negeri ini. Saling memahami posisi masing-masing dan bersama bergerak tanpa saling menyalahkan.

Dimuat di tajuk Republika edisi 2 Januari 2009

No comments:

Post a Comment