Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis data tentang
jumlah penduduk miskin di negeri ini. Ada kabar gembira bahwa penduduk miskin
selama setahun terakhir, periode Maret 2011-Maret 2012 berkurang 890 ribu atau
turun 0,53 persen menjadi 29,13 juta jiwa. Penyebab penurunan adalah peningkatan
upah buruh, pembagian beras untuk rakyat miskin, dan pengobatan gratis.
Segembira apa kita melihat data penurunan angka kemiskinan
itu? Tidak gembira-gembira amat sebetulnya, karena penunan itu tridak substansial.
Kita coba lihat dari penyebab penurunan, sebab pertama karena upah buruh itu
bagus karena menandakan bahwa pendapatan masyarakat naik. Tapi sebab lainnya,
berupa pembagian raskin dan kesehatan gratis itu sifatnya sesaat dan tidak
produktif.
Kita bisa cermati juga dari perbandingan antara penurunan
jumlah rakyat miskin dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam tahun-tahun
terakhir ini. Pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas enam persen semestinya
bisa menurunkan jumlah masyarakat miskin sampai satu persen sebagaimana target
BPS. Kenyataannya, pencapaian hanya separuh dari target.
Data yang juga perlu diwaspadai adalah jumlah penduduk
hampir miskin justru meningkat. Berapa batas penduduk yang masuk kategori
hampir miskin? Jawabnya sedikit di atas garis kemiskinan yang Rp 248.707 per
kapita. Taruhlah orang dengan penghasilan Rp 250 ribu, itu masuk kategori hampir
miskin, tapi kehidupannya sama saja dengan yang asuk kategori miskin.
Dalam tiga tahun terakhir ini jika dijumlahkan antara
penduduk miskin dengan hampir miskin justru jumlahnya terus meningkat. Pada
2009 jumlah penduduk miskin 32,5 juta dan hampir miskin 20,66 juta sehingga
jumlahnya 53,61 juta. Tahun 2010 jumlahnya meningkat, penduduk miskin 31,1 juta
dan hampir miskin 22,9, jumlah 54 juta. Berikutnya 2011 lebih parah, jumlah
penduduk miskin 30,1 juta, hampir miskin 27,12 juta, jumlah 57,22 juta.
Meningkatnya jumlah penduduk yang hampir miskin itu menunjukkan
bahwa penurunan jumlah orang miskin sebetulnya berada pada angka rawan. Ada
sedikit gejolak saja di harga komoditas makanan, penduduk hampir miskin itu turun
tahta menjadi penduduk miskin.
Secara umum, kenaikan jumlah total penduduk miskin dan
hampir miskin menunjukkan bahwa terjadi pembagian kue yang tidak merata pada
pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi seharusnya
jumlah penduduk hampir miskin juga berkurang sebagaimana jumlah penduduk
miskin. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Ini mencerminkan pertumbuhan
ekonomi tidak berkualitas.
Tidak berkualitasnya pertumbuhan ekonomi itu mengakibatkan
kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin. Indeks gini (indeks yang
mencerminkan kesenjangan masyarakat dimana semakin tinggi angakanya semakin absolute
kesenjangannya) menunjukkan peningkatan, jika pada 2010 masih 0,38, pada 2011
naik mejadi 0,42. Jika dibiarkan kerawanan social akan mengancam.
Pemerintah seharusnya mewaspadai kondisi tersebut. Tidak ada
artinya pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi hanya menghasilkan kesenjangan yang
kian lebar. Pertumbuhan ekonomi harus dirasakan oleh semua rakyat sehingga
kemiskinan pun bisa segera pamit dari bumi Indonesia.
No comments:
Post a Comment