Friday, June 13, 2008

Berbagi Derita

Harga minyak dunia dalam satu tahun terakhir ini melonjak luar biasa. Sebagai sumber energi paling utama di dunia ini, ketika harganya melonjak, maka semua negara kewalahan. Hanya beberapa negara yang bersorak dengan kenaikan harga ini, sedangkan ratusan negara lainnya harus menanggung beban berat.

Saat harga minyak naik, harga bahan bakar minyak (BBM) pun naik. Negara yang menetapkan harga BBM sesuai dengan mekanisme pasar, tidak banyak terjadi gejolak. Tapi, negara yang harga BBM-nya ditetapkan pemerintah dan menjadi naik, banyak terjadi gejolak, misalnya Indonesia dan Malaysia.

Tentu bukan hanya pemerintah yang dipusingkan oleh kenaikan harga minyak dunia, tapi juga rakyat. Kita tahu ada jutaan rakyat miskin di negeri ini. Dan, ketika harga naik, kehidupan rakyat miskin itu semakin terpuruk. Bahkan, sampai ada beberapa di antara mereka yang bunuh diri akibat tak mampu menanggung beban hidup.

Hanya gara-gara harga minyak naik, miliaran penduduk di dunia ini menderita. Di Indonesia, puluhan juta orang makin menderita. Mereka yang tadinya tidak masuk kategori miskin menjadi miskin. Apalagi, kenaikan harga minyak tersebut juga berimbas pada kenaikan harga pangan di seluruh dunia. Kelaparan terjadi di seluruh penjuru dunia.

Tentu tidak semua orang dan tidak semua negara menderita dengan kenaikan harga minyak. Negara-negara seperti Brunei, Arab Saudi, Kuwait, dan negara teluk lainnya, sangat menikmati kenaikan harga minyak ini. Mereka yang sebelumnya sudah bergelimang dengan uang, makin kaya raya dengan kenaikan ini.

Kenaikan harga ini juga menguntungkan para spekulan di pasar minyak. Bahkan, ulah para spekulan di bursa komoditas inilah sebetulnya yang berperan besar dalam menaikkan harga minyak dunia. Karena, jika dilihat dari kenaikan permintaan, meskipun meningkat karena kemajuan industri di Cina dan India, tapi masih dalam batas yang bisa ditoleransi.

Terakhir yang banyak mendulang keuntungan adalah perusahaan minyak atau biasa disebut KKKS (kontraktor kontrak kerja sama). Kenaikan harga minyak yang berlipat memberikan keuntungan yang berlipat pula kepada mereka. Celakanya pula, dari 20 besar KKKS, hanya dua yang dari lokal, yakni Pertamina dan Medco, selebihnya asing. Mereka mendapat apa yang biasa dinamakan dengan windfall profit (keuntungan yang datang dengan tiba-tiba).

Sudah banyak usulan agar perusahaan migas itu tidak menikmati sendiri keuntungannya. Karena, rasanya tidak begitu pantas ketika kantong mereka makin tebal tapi kehidupan rakyat makin sengsara. Seolah-olah perusahaan minyak ini 'menari dan berpesta di atas penderitaan orang lain'. Orang-orang asing mengeruk, rakyat kita yang menderita.

Saatnya mereka berbagi. Pemerintah harus segera dan tidak perlu ragu-ragu untuk menarik pajak tambahan atau semacamnya dari perusahaan migas tersebut. Negara dan rakyat sudah menderita akibat kenaikan harga minyak ini. Oleh karena itu, derita tersebut harus dibagi (sharing the pain) kepada perusahaan migas.

Jangan sampai berbagi derita ini hanya jadi wacana. Buktikan bahwa pemerintah bisa bertindak cepat dan tegas, termasuk ketika berhadapan dengan pihak asing. Tarik dana dari keuntungan perusahaan migas dan alokasikan untuk pemberdayaan rakyat. Bertindaklah atas nama penderitaan rakyat.

Tajuk Republika edisi 13 Juni 2008

1 comment:

  1. Di republik ini konon yang boleh ngurus minyak dan gas bumi cuma pertamina. nah nek pas krisis koyo ngene rak dadi pitakonan to,...opo wae jane kerjane pertamina selama ini,-selain memperkaya diri sendiri-?

    ReplyDelete