Friday, December 9, 2011

Survei Kadang Peduli 2011 (1)

''mas, pantura macet parah, aku lagi tekan tegal.''

Begitu isi sms dari mas widodo, saat itu sabtu (12/11/11) sekitar jam delapan pagi. Kalau jam delapan masih di Tegal berarti sampai Temanggung paling cepat jam satu siang. Hampir pasti mas widodo tidak bisa gabung dalam pertemuan dengan beberapa kepala dinas yang sudah dijadwal jam sepuluh pagi. Mas khumedi yang juga mau ke Temanggung juga baru nyampai siang menjelang sore.

Hari sabtu itu, acara yang sudah terjadwal memang cukup padat. Setelah pagi bertemu dengan beberapa kepala dinas Temanggung, siangnya ketemu sama mas Khamim mbahas tentang pelatihan fotografi. Setelah itu sudah ditunggu teman-teman Cemani di Kemloko yang dijadwalkan pukul dua siang. Sore atau malam, ke Karangwuni, Pringsurat untuk mensurvei lokasi perpustakaan yang mereka siapkan.

Kebetulan pagi itu, teman lama, satu angkatan di atas saya, Petrus, datang ke rumah sekitar jam sembilanan. Setelah ngobrol ngalor ngidul, termasuk kegiatan Kadang Peduli 2011 (tahun lalu Petrus ikut mengisi motivasi siswa di SMK Bansari), langsung saja mantan roker itu saya ajak ke pertemuan dengan kepala dinas di gedung perpustakaan daerah di kowangan.

''Lha nyong kaosan ngene ki...''

''Ha wis ra popo..roker kok, yo dimaklumi...hehehe,'' jawab saya.

Syahdan, sebelum jam sepuluh kami berdua sudah sampai ke gedung perpus. Mas Bambang Edhi, kepala dinas perpustakaan sudah ada di tempat. Bertiga kami ngobrol sana sini sambil menunggu kedatangan tiga kepala dinas yang lain yakni kepala dinas pendidikan (pak Edhi), kepala dinas perindustrian dan ukm (bu Roni), kepala dinas ketahanan pangan (bu Syiam). Untuk mengundang para penggede di Temanggung itu saya minta tolong mas Romadhon yang ada di Sekda.

Sekitar jam sepuluh lebih sedikit peserta lengkap, hanya pak Edhi yang tidak bisa hadir dan diwakilkan ke pak Mujiono. Untuk menyingkat waktu, pertemuan langsung di buka oleh tuan rumah, mas Bambang Edhi.

Hasil Pertemuan:

1. Untuk pelatihan menulis guru nanti sertifikat akan ditandatangani kepala dinas pendidikan dan mas Bambang Indri (Diknas Pusat). Mas Bambang Indri juga akan memberikan materi menulis kepada guru. Pemberi materi lain adalah Susi Ivvaty (wartawan Kompas) untuk penulisan populer dan Arie Saptaji (novelis) untuk penulisan sastra. Peserta biasanya sekitar 70-100 guru.

2. Untuk pelatihan entrepreneur akan dilakukan di Gemawang, dengan peserta sekitar 25-30 orang. Kenapa Gemawang, karena di situ sudah ada beberapa produk yang dihasilkan masyarakat tetapi belum bisa optimal dalam manajemen dan penjualan. Mereka butuh sentuhan entrepreneurship. karena itu pelatihan diberikan di sini. Mas Dani Susiharto yang akan memberikan pelatihan..

3. Untuk pelatihan pengolahan hasil pertanian, akan dilaksanakan di gedung ketahanan pangan. Sebagaimana biasa yang sudah sering dilakukan di Temanggung, yang memberi pelatihan adalah bu Nana Richana. Peserta sekitar 50-an.

Selesai pertemuan sekitar jam dua belasan, perut mulai keroncongan. saatnya maksi. Langsung saja sama mas Petrus tancap gas menuju batoar: ngupat tahu!

Sehabis ngupat langsung meluncur ke pendopo, janjian sama mas Khamim, ketua Koforte Temanggung. Saat itu juga sedang digelar Pameran Foto Koforte di pendopo. Pas tiba di pendopo, ada beberapa orang sedang menikmati foto-foto yang disajikan. Sesaat kemudian rombongan anak-anak sekolah datang. ''Kalo jam sekolah selesai banyak anak-anak yang kesini, jadi rame,'' kata mas Khamim.

Pameran mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Apalagi saat pembukaan bertepatan dengan bubarnya upacara ulang tahun Temanggung pada 10 Nopember silam. Begitu upacara selesai, pak Bupati langsung membuka secara resmi pameran foto Koforte. Pejabat-pejabat Temanggung pun ikut larut dalam keramaian pengunjung pameran yang berlangusng sampai 13 November.

Pertemuan dengan mas Khamim membahas persiapan pelatihan fotografi buat anak SMA dan sederajat. Saat ini sudah cukup banyak anak-anak SMA yang menunjukkan minatnya dalam bidang fotografi. Bahkan di SMA-1 sudah ada komunitas fotografi. Tak salah kalo pakar-pakar foto dari Koforte, baik di Temanggung atau di rantau, berbagi ilmu kepada mereka. Jika memungkinkan, peserta pelatihan diajak hunting bersama di Kemloko saat peresmian Perpustakaan.

''mas bis-ku mogok di ungaran. aku ganti bis.'' Sms dari mas widodo tiba-tiba muncul lagi. Walah..nasib-e mas widodo kok asyik men. Itu sekitar jam duaan siang. ''yo wis mas, ntar tak jemput di secang.''

Sekitar jam tiga sore berangkatlah ke Secang menjemput mas widodo. Mas Khumedi yang mendarat di Jogja beberapa jam lalu, sudah sampai Magelang. Sekalian saya sms untuk ketemuan di Secang. Sekitar jam empat sore, kami bertiga ketemu di secang, ngopi-ngopi sebentar terus langsung cabut menuju Kemloko lewat jalan pintas yang melintas desa Plumbon. ''Biyen gus sur nek pacaran nang kali kene kiye..,'' kata mas Widodo saat melintas di sungai irigasi yang bersebelahan dengan kali Progo.

Begitu masuk wilayah Tembarak, yang terpikirkan pertama kali adalah: brongkos! Maka sebelum naik ke Kemoloko, kami mbrongkos dulu biar kunjungan ke Tembarak terasa lebih lengkap. Tiga porsi brongkos, ada yang kepala, ada yang lidah, ditambah masing-masing jeruk anget, cukup Rp 52 ribu. Murah, wareg, enak, marem...plus darah tinggi kumat.

Selesai pesta kepala kambing, langsung naik ke atas, menuju Kemloko yang jaraknya empat atau lima kilometer. Jalanan beraspal, tapi sebagian besar sudah rusak. Di beberapa tempat, aspal terkelupas, tinggal menyisakan jalan trasah. Kaca mobil sengaja dibuka biar seger. Sesekali tercium bau harum 'lemi' yang teronggok di pinggir jalan.

Begitu sampai di Kemoloko, sholat sebentar, dan langsung bertemu dengan kepala dusun dan pengurus Ipnu, ikatan pemuda NU di balai dusun. Pemuda NU inilah yanhg nantinya akan merawat perpusatakaan bersama teman-teman di Cendikia Mandiri (Cemani) yang sudah berkiprah di bidang pendidikan di Kemoloko selama sekitar lima tahun. Cemani tahun ini sudah mengantarkan sekitar 16 muridnya lulus ujian paket B untuk SMP. Anak-anak ini tadinya hanya lulus SD dan tidak melanjutkan sekolah.

Dari pertemuan dengan pengurus dusun, Ipnu, dan Cemani, disepakati lokasi perpustakaan berada di gedung pertemuan Ipnu. Ruang gedung itu nantinya akan disekat dengan sekat yang mudah dibuka dan ditutup. Jika runagan dipakai untuk pertemuan, sekat bisa dibuka, dan jika sudah selesai, sekat ditutup lagi untuk perpustakaan. Ukuran ruang yang disekat sekitar 7x4 meter.

Pertemuan berlangung sekitar satu jam. Singkat, padat, dan memang dipercepat. Bukan apa-apa, karena dari situ harus ke Karangwuni di Pringsurat. Tapi sebelum pulang, kami 'diwajibkan' untuk makan dulu dengan hidangan khas mereka: nasi jagung. Hukum bertamu di Temanggung, terutama di desa-desa, sang tamu harus makan.

Maka, saat itu sekitar jam enam sore, makanlah kami rame-rame dengan teman-teman Cemani. Praktis dalam dua jam terakhir kami makan dua kali. Mas widodo lebih dahsyat lagi, jam tiga makan di Secang, jam setengah lima makan brongkos di Tembarak, dan jam setengah tujuh makan nasi jagung.

SMP. Sehabis Makan Pulang. Jadi begitu selesai makan nasi jagung, kami langsung cabut dari Kemloko. Sembari menuju Pringsurat, kita nyamperi mas Philip, kepala sekolah di sebuah SMP yang aktif di kepramukaan. mas Philip ini tahun 70-an akhir sangat terkenal di Temanggung sebagai penyanyi. Jadi kalau diurut-urut, penyanyi yang terkenal tahun 70-an itu adalah mas Danny, terus generasi berikutnya mas Philip, dan kemudian mas Isbud. Beliau-beliau ini yang merajai kejuaraan pop singer di Temanggung..

Mas Philip bergabung menuju Karangwuni. selain bernostalgia, di mobil, kami berempat berembug mengenai motivasi untuk murid SMP dan SMA. Mas Philip memang kita minta untuk menjadi penghubung FIKT untuk Kadang Peduli 2011 dalam program motivasi. Dialah yang nati akan memilih sekolah mana yang akan kita beri motivasi. Dari kita syaratnya hanya satu: sekolah pinggiran yang murid-muridnya cenderung minderan.

Sampai di Karangwuni, langsung menuju rumah mas Budi. Ngobrol ngalor ngidul dengan mas budi dkk ternyata salah satu anak muda yang ada di situ sedulurnya mas Wdodo. Entah kenapa setiap saya bersama mas Widodo kemudian ketemu dengan beberapa orang Temanggung, begitu berkenalan kok salah satu atau salah dua mesti saudaranya mas Widodo. ''Dulur neh kiye mas...,'' begitu biasanya mas Widodo setiap ketemu orang.

Di situ ternyata juga ada teman lama mas Khumedi ketika di STM. ''lha de'e kok manglingi, ndak khumedi..,'' kata teman lama itu. Kebetulan juga, teman lama mas Khum itu juga teman lama mas Widodo. ''Ha nek karo dodo iki mbiyen sak kamar nang kos-kosan gek kuliah nang UNS solo,'' katanya. Mas philip juga sedikit nyambung dengan mereka-mereka. Hanya saya yang plonga-plongo ra ono sing kenal, cukup melu ngguya-ngguyu aja.

Kami kemudian diskusi sebentar dengan suguhan teh anget dan martabak soal perpustakaan. Dari situ kemudian kami ngecek lokasi yang akan dijadikan perpustakaan. Saat itu sudah sekitar pukul sembilan malam. Begitu tiba di lokasi yang jaraknya hanya tiga puluh meter dari rumah, tiba-tiba hujan deras. Tapi dari hujan deras itu kita jadi tahu bahwa ruang yang tadinya disiapkan untuk perpustakaan di lantai dua tidak memadai. Air hujan bisa masuk, sehingga bisa merusak buku.

Akhirnya kami putuskan ruang perpustakaan tetap di lokasi itu, tapi di lantai bawah. Ukuran sekitar 3x4 meter. Tidak terlalu lebar, tapi cukup untuk meletakkan rak buku, komputer dan ruang untuk membaca. Biasanya memang rak buku hanya berada di pinggir, sehingga bagian tengah bisa untuk membaca.Bisa dikasih meja, atau bisa juga lesehan kalau ruangan sudah di karpet.

Deal. Pertemuan selesai pukul sepuluh malam. Langsung pulang. Langsung tidur. Besok paginya harus ke Wonotirto untuk survey lokasi... (bersambung)

No comments:

Post a Comment