Thursday, January 12, 2012

Kebersamaan (3)

Begitu memasuki dusun Prampelan, desa Kemloko, Tembarak, suara rebana sayup-sayup mulai terdengar. Awalnya terdengar sayup, makin mendekat, suara rebana berirama padang psar itu semakin kencang. Rebana yang ditabuh anak-anak IPNU itu seolah membelah lereng timur gunung Sumbing yang terlihat begitu perkasa.

Hari itu, Minggu, 4 desember 2011, merupakan hari istimewa bagi masyarakat Kemloko, karena per hari itu, mereka akan memiliki perpustakaan yang disumbang oleh FIKT. Dan yang membikin hari itu makin istimewa adalah kedatangan pak Bupati yang sudah lama dinanti-nanti oleh masyarakat. Pak Bupati dijadwalkan akan meresmikan perpustakaan.

Bukan hanya rebana yang memeriahkan prosesi acara peresmian, tetapi juga drumband dari anak-anak MI (Madrasah Ibtidaiyah) di Kemloko. Barangkali sebelumnya tak terbayangkan bahwa sebuah desa di lokasi teratas di lereng timur Sumbing itu memiliki grup drumband. Pada 1990-an ke bawah, drumband hanya dimiliki sekolah elit di Temanggung.

Ratusan masyarakat terlihat sudah siap menanti kedatangan rombongan FIKT dan pak Bupati. Ada yang berdiri di jalan di depan balai desa yang nantinya digunakan sebagai lokasi pembukaan acara, ada yang berdiri di depan rumah masing-masing. Orangtua anak-anak mudah, remaja, dan anak-anak berbaur menjadi satu.

Rombongan FIKT dari Suronatan berangkat lima mobil. Beberapa teman lain langsung dari rumah masing-masing menuju Kemoloko. Begitu sampai di Kemoloko ternyata sudah banyak kadang FIKT yang sudah sampai. Memang, sebelumnya saya umumkan bahwa peresmian akan dilakukan pukul 08.15, dan rupanya banyak teman-teman FIKT yang sudah datang duluan sebelum ‘teng’.

Sekitar pukul 08.45 pak Bupati datang. Begitu keluar dari mobil, langsung menuju balai desa. Ketika mendekati pintu m,asuk, pak Bupati menyempatkan diri bersalaman dengan anak-anak MI yang nantinya ikut memeriahkan acara dengan lagu-lagu. Satu per satu disalami, dari ujung halaman sampai ujung pintu. Begitu masuk, salaman dilanjutkan dengan tokoh masyarakat dan ulama Kemloko, juga anak-anak muda IPNU.

Begitu selesai salam-salam, semuanya duduk di tempat masing-masing, dan acara pun dimulai. Pembawa acara memberikan pengantar tentang betapa pentingnya buku bagi kemajuan peradaban manusia. Lewat buku kita bisa menjelajah ke seluruh pelosok dunia melalui imajinasi kita.

Setelah itu kemudian dimulai sambutan dari pak Kades. Dalam kesempatan itu pak Kades menyatakan terimakasihnya kepada Bupati yang berkenan datang ke Kemloko. Dikatakan, setidaknya sudah dua kali pak Bupati berencana datang ke Kemloko, tetapi mendadak ada acara yang tidak bisa ditinggalkan, akhirnya batal. Di kesempatan langka itu pak Kades juga minta agar jalan menjuju Kemloko dihaluskan.

Setelah pak Kades giliran saya. Tidak banyak yang saya sampaikan kecuali bahwa perustakaan yang didirikan di Kemloko ini adalah amanah dari para donatur yang tergabung dalam FIKT. Karena itu, buku yang diberikan dibaca agar memberi manfaat buat masyarakat. Tetapi juga jangan lupa, tetap dirawat. ‘’Hanya dua pesan kami…pertama, baca..baca..baca.. dan kedua, rawat, rawat, rawat…’’

Selesai itu, kemudian sambutan pak Bupati. Tapi sebelumnya diisi dulu dengan pertunjukan pantomim dari murid Cendikia Mandiri. Pantomim itu bercerita tentang lahirnya kembali seorang anak manusia menjadi orang yang benar, setelah sebelumnya tenggelam dalam dunia yang penuh dengan kekelaman.

Usai pantomim, giliran pak Bupati memberikan sambutan. Cukup lama sambutan dari pak Bupati dan isinya bervariasi. Mulai dari kedatangan pertama di Kemloko setelah menjadi bupati, masalah pertanian terutama optimalisasi penanaman jagung, dan disinggung pula tentang pembangunan jalan.

Soal jalan, pak Bupati mengaitkan antara pembayran Pajab Bumi Bangunan (PBB) dengan jalan yang sudah saatnya diperbaiki. ‘’Lha niki masyarakat Kemloko pun nglunasi PBB nopo dereng? Ngisin-ngisini nek during mbayar, wong tuku sepeda motor gampang kok PBB during mbayar…,’’ selorohnya.

Satu hal lagi yang disampaikan pak Bupati adalah posisinya sebagai bupati. ‘’Saya ini pelayan…pelayan bagi masyarakat..karena jadi bupati, ya berarti saya kepala pelayan. Siapa yang dilayani…ya panjenengan-penjenengan ini.. jadi kalau salah, nek pelayan dikongkon salah, ya dimarahi saja saya.’’

Tapi, sambung pak Bupati, masyarakat sebagi ndoro juga harus konsekuen. ‘’Ibaratnya saya menyuruh pembantu beli rokok, maka saya harus memberi uang pada pembantu itu. Begitu juga kalau masyarakat menyuruh saya membangun jalan, ya masyarakat sebagai ndoro harus membayar dulu PBB-nya baru nyuruh pelayan membangun jalan. Gerr..sindiran halus itu disambut tawa hadirin yang ada di balai desa itu.

Seingat saya, Walikota Yogyakarta periode sebelum sekarang, Herry Zudianto juga pernah memproklamirkan diri bahwa dirinya kepala pelayan masyarakat. Walikota itu sukses dalam mengubah mental birokrat yang tadinya cenderung minta diloayani, menjadi melayani. Beberapa penghargaan mengalir untuk walikota dua periode tersebut. Umumnya, pemimpin daerah yang berhasil memang menempatkan diri sebagai pelayanan masyarakat.

Selesai sambutan Bupati, saya secara simbolis menyerahkan buku kepada pak Kades. Saya minta ke panitia agar buku yang diserahkan nanti, buku yang saya tulis. ‘’Ini buku tulisan saya, untuk mengingatkan bahwa orang-orang Temanggung itu banyak yang sudah menulis buku. Makanya saya sudah mendiskusikan dengan mas Bambang Edhi agar bisa dialokasikan tempat di perpustakaan sekaligus lemari khusus untuk buku karangan orang Temanggung.’’

Selesai pembukaan, hadirin langsung menuju ke lokasi perpustakaan.

‘’Ooo…masih harus jalan ya..’’kata pak Bupati ke saya sambil melihat jam tangan.

‘’Iya pak..tapi sebentar kok, kemarin saya ukur Cuma tiga menit jalan..’’

Begitu keluar pintu, drumband dari anak-anak MI langsung ditabuh. Perjalanan dari balai desa ke gedung tempat perpustakaan diresmikan diiringi dengan drumband. Tiga menit lebih sedikit, sampai ke gedung IPNU. Di situlah perpustakaan berada. Nantinya yang akan menjaga perpustakaan adalah pemuda IPNU, sekali-kali kerjasama dengan pengelola Cemani.

Gedung itu berlanta dua. Lantai satu dipergunakan untuk sekolah taman kanak-kanak. Lantai dua untuk pertemuan. Nah perpustakaan di tempatkan di lantai dua dengan menyekat ruangan. Jadi nantinya di lantai dua ada ruang pertemuan dan perpustakaan. Sekat itu nantinya dibuat dari kayu yang bisa dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan ruangan.

‘’Bismillahirrahmanirrohim…’’ Kres…pita telah tergunting, berarti secara resmi perpustakaan tersebut sudah dibuka oleh pak Bupati. Sejenak kita semua melihat-lihat buku yang dipajang diperpustakaan itu. Sebagian besar buku anak-anak dan remaja, kemudian ada buku tentang pertanian dan pengolahan hasil pertanian, ada juga buku agama, dan tak ketinggalan buku tentang motivasi.

Selesai peresmian pak Bupati langsung pamit karena harus ke Grabag untuk menghadiri pengajian. Itu pun sebetulnya waktu sudah lompat dari yang semula dijadwalkan, saat itu sudah sekitar pukul 10.15. Jika saja jadwal masih longgar, panitia sudah menyiapkan nasi jagung dan perangkatnya seperti sayur dan gereh untuk dinikmati untuk pak Bupati. Time is over. Tapi tak apa. Kehadiran Bupati saja sudah sangat melegakan Kemloko dan FIKT.

Acara ditutup dengan makan nasi jagung. Sebelum makan disediakan juga makanan ringan, ada pisang rebus, kacang rebus, dan entho cotot. Selain dari FIKT, di ruangan bawah yang disiapkan untuk ramah-tamah itu, ada juga pak Camat Tembarak, pak Lurah, dan tak ketinggalan mas Diran dkk dari DHC-45 Temanggung.

Dalam kesempatan itu, saya selaku ketua panitia dan juga ketua FIKT merasa bersyukur karena seluruh rangkaian acara sejak Sabtu sampai Minggu berjelan lancar. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kadang FIKT, yang telah berjibaku mensukseskan acara ini. Kerja keras dan kerja ihlas dengan berbagai pengorbanan, tidak akan sia-sia.

Pak Camat juga menyatakan terimakasihnya karena salah satu desa yang berada di wilayahnya diberi hadiah istimewa berupa perpustakaan. Diharapkan perpustakaan itu akan meningkatkan minat baca di Kemloko. Begitu pula pak Lurah yang menyatakan terimakasihnya kepada FIKT dan sekaligus mendoakan agar amal yang diberikan kepada Kemloko itu dibalas oleh Allah SWT.

Pertemuan ramah tamah sambil makan bersama itu pun berakhir. Setelah itu kami bermpamitan kepada semua masyarakat Kemloko, dan sekali lagi berpesan agar perpustakaan tersebut dirawat dengan baik agar memberi manfaat buat masyarakat Kemloko.

Ketika saya berjalan menuju mobil, tiba-tiba pak Kades menghampiri. ‘’Pak terimakasih sudah bisa mengundang pak Bupati datang ke sini…sakali lagi terimakasih.’’ Itu saja yang diucapkan pak Kades. Sedikit tapi banyak yang tersirat dari ucapan itu.

Keseluruhan acara Kadang Peduli 2011 ditutup dengan makan (halah..makan lagi) brongkos dan entog di rumah mas Dani di Menggoro Tembarak. Bagi yang masih kuat disediakan pula duren sebagian dari hasil panen sendiri sebagian dari Gemawang.

Saya merasakan dua hari berbagi dengan masyarakat Temanggung ini sarat dengan nilai-nilai kebersamaan.

Sampai bertemu di Kadang Peduli 2012

(habis)

No comments:

Post a Comment