Thursday, January 12, 2012

Berbagi Lewat kadang Peduli (1)

‘’Ayo potet-potret ndisik…,’’ teriakan halus mbak maya itu seolah menyihir siapapun yang berada di ruang depan di rumah Suronatan itu untuk keluar bersama. Dalam waktu sekejab, secara naluriah, masing-masing sudah pasang aksi agar kelihatan bergaya saat difoto.

Ya…sebelum berangkat sesuai dengan job-desk dan lokasi yang sudah ditetapkan, semua kadang yang hadir pagi itu berfoto bersama. Momen pertemuan seperti itu memang tidak selalu hadir, jadi tepat rasanya jika diambil foto bersama untuk kenang-kenangan.

Pagi itu, Sabtu 3 Desember 2011, merupakan pagi koordinasi dan konsolidasi untuk pelaksanaan Kadang Peduli 2011 di hari pertama. Tak kurang dari 32 kadang hadir, sebagian besar dari Jadebotabek, dan sebagian lain dari Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, dan Temanggung.

Ada yang sampai di Temanggung sejak Jumat pagi, ada yang Jumat siang, sore, bahkan malam, ada pula yang Sabtu pagi langsung ke Suronatan. ‘’Saya nunut mandi ya mas,’’ kata mas Eli sambil menyeret koper kecil yang berisi pakaian. Rupanya dia bersama mas Joni baru datang langsung dari Jakarta dan belum sempat mandi.

Sejak pukul 07.00 poro kadang sudah mulai berdatangan. Kemudian sambil menunggu lengkap, di meja-meja kecil di ruangan depan seluas 9x10 meter itu tersedia ketan kinco dan ‘gandung’. Makanan tradisional itu tambah lengkap manakala mas Dani Susiharto datang membawa setampah makanan ‘rakyat’, ada jagung, sawut, dll.

Sekitar pukul 08.00, ketika sudah banyak yang datang, sarapan digelar. Siapa yang sudah hadir dipersilakan sarapan duluan. Sebagaimana tahun lalu,, makanan wajib yang disajikan adalah empis-empis dan gudeg. Empis-empis tempe hasil masakan sendiri, sementara gudeg dari mbok benik yang buka warung tiap pagi tanpa pernah libur di alun-alun.

‘’Ting..ting..ting..ting…,’’ bunyi gelas yang sengaja saya pukul pelan dengan sendok untuk menarik perhatian.

‘’Kurang seru..,’’ kata mas Topo ketika melihat bahwa poro kadang amsih sibuk dengan urusannya masing-masing.

‘’Ting! Ting! Ting!…’’ saya ulangi dengan lebih keras.

‘’Rekan-rekan semua, waktu sudah makin dekat, mari kita lakukan koordinasi dengan mendengarkan laporan persiapan dari masing-masing koordinator. Silakan mas Punto untuk memimpin koordinasi ini,’’ begitu mas Topo membuka pertemuan ini.

Saya segrra membuka pertemuan informal tersebut dengan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan kehadiran poro kadang untuk berbagi dengan masyarakat Temanggung. Kemudian satu persatu koordinator lapangan melaporkan persiapan sekaligus membrifing tentang apa yang harus dilakukan oleh para pemberi materi dan motivator.

‘’Pelatihan entreprener siap dilaksanakan,’’ kata mas Dani. Pelatihan ini dilakukan di kecamatan Gemawang. Pemberi materi boleh dibilang lengkap, ada mas Dani yang sekaligus sebagai komandan, ada mas Gus Sur, mbak Maya, mas Nurwanto, dan mas Yudono. Mbak maya dan mas Yud yang merupakan ‘tamu kehormatan’ di pelatihan ini akan berbagai masalah perbatikan dan pendanaan.

‘’Pelatihan menulis guru juga siap, sesuai jadwal,’’ kata mas Irfan, koordinator pelatihan. Ini kali kedua mas Irfan menggawangi pelatihan guru, sehingga sudah tidak nunak-nunuk lagi dalam mengkoordinasi persiapan, termasuk melakukan kontak langsung dengan penghubung di Temanggung, mas Hendro Martono. Pemberi materi di pelatihan ini adalah mas Bambang Indriyanto, petinggi di Diknas, mas Arie Saptadi, sang novelis, dan Susi Ivvaty, wartawan Kompas.

Bu Nana yang akan memberikan pelatihan pengolahan hasil pangan juga sudah siap. ‘’Nanti pak bupati yang akan membuka pelatihan ini. Kalau ada dari FIKT nanti juga ikut mbuka, dan yang penting disampaikan bahwa pelatihan ini merupakan kegiatan FIKT, ‘’ begitu kata bu Nana.

Yang seru adalah mas Khumedi. Dalam sejarah kegiatan motivasi, baru kali ini dilakukan serentak di tujuh sekolahan. Dinamika pelasakanaan sudah terjadi beberapa hari sebelum hari-H yakni soal jadi tidaknya sekolah yang akan diberi motivasi terus menggelinding. Ini memang terkait dengan ulangan umum yang sedang dilaksanakan di SMA, sehingga satu SMA membatalkan, dan satu SMA mengundurkan waktu pelaksanaan, yang semestinya pukul 09.00 menjadi pukul 11.

‘’Tapi insyaAllah semua sudah ok. The show must go on,’’ kata mas Khum sambil membagi-bagi pedoman umum dalam memberikan motivasi siswa. Dalam pedoman itu pemberian motivasi dilakukan secara interaktif, dua arah, dan sersa alias serius tapi santai, sehingga siswa tidak merasa tegang.

Mas Widodo yang mengomandani pendirian perpustakaan juga sudah siap tempur. ‘’Dari sini saya menuju Karangwuni untuk mematangkan persiapan peresmian nanti jam satu. Sorenya saya akan ke Kemloko untuk mempersiapkan peresmian besok, lha ono pak bupati je..’’ kata mas Widodo. Tahun lalu mas Widodo disibukkan pembukaan tiga perpustakaan, tahun ini kesibukannya sedikit berkurang karena hanya dua perpustakaan. Bedanya, tahun kemarin tidak ada yang diresmikan bupati, sedangkan tahun ini ada.

Terakhir adalah penjelasan dari mas Said soal pelatihan perpustakaan digital. Ini memang program tambahan yang tidak direncanakan. Berawal dari sms mas Said soal pentingnya perpustakaan digital untuk Temanggung, saya kemudian menghubungkan dengan mas Bambang Edhi, kadinas Arsip dan Perpustakaan. Terjadilah komunikasi antara mas Said dan mas Bambang yang berakhir dengan pelaksanaan pelatihan perpustakaan digital

Semestinya ada enam kegiatan (diluar perpustakaan digital) yang dilaksanakan hari Sabtu ini, yakni pelatihan entrepreneur, pelatihan menulis guru, pelatihan pengolahan hasil pertanian, motivasi siswa, pembukaan perpustakaan, dan pelatihan fotografi untuk siswa. Sayang pelatihan fotografi tidak bisa dilakukan serentak, karena masalah ulangan umum tadi. Pelatihan fotografi diundur menjadi hari Minggu.

***

Pukul 09.05 saya sampai di gedung Ketahanan Pangan, sebuah gedung yang terletak antara Kerkop dan pom bensin lama (sekarang kantor Telkom). Di situ saya menemani bu Nana yang akan memberikan pelatihan pengolahan hasil pertanian. ‘’Alhamduylillah iki minat masyarakat Temanggung kon gede banget…biasane peserta pelatihan seperti ini pesertane 40-50 iki kok sampai satus,’’ kata bu Nana.

Ketika tiba di lokasi, semua peserta sudah siap. Tapi karena yang membuka nanti adalah pak Bupati, maka kamipun menunggu kedatangan pak Bupati yang pagi itu acaranya sangat padat. Sekitar pukul 10.00 pak Bupati datang, langsung masuk ke ruangan, dan pembukaan acara pun dimulai.

‘’Program FIKT itu ada tiga sektor, yaitu paguyuban atau kumpul-kupul, soaial, dan partnership dengan Pemda. Kegiatan pelatihan ini merupakan gabungan antara sosial dan partnership,’’ begitu yang saya sampaikan dalam pembukaan. Ini sesuai pesan bu Nana, bahwa pelatihan ini merupoakan kerja dari FIKT, meskipun dalam backdrop tidak ada logo FIKT yang tertempel.

Pak Bupati dalam pembukaan banyak mengungkap tentang keberhasilan Temanggung sebagai daerah yang surplus jagung dan beras. Selain itu juga menyinggung betapa pentingnya memberikan nilai tambah kepada produk pertanian. ‘’Telo nek didol mentahan regane murah, tapiu nek wis di iris-iris terus digireng, regone iso berlipat-lipat,’’ kata pak Bupati menerangkan betapa tingginya harga sebuah barang jika sudah diberi nilai tambah.

Begitu pembukaan selesai, saya langsung menuju ke tempat pelatihan penulisan guru di SMK 2. Tiba di sana mas Bambang Indri sedang memberikan materi tentang menulis karya ilmiah. Pesertanya adalah guru-guru SD terutama yang berada di pelosok. Karena mereka inilah yang jarang tersentuh oleh berbagai pelatihan. Mereka pun tampak antusias. DI situ sempat ngobrol sama mas Irfan dan mas Arie Saptaji yang sesi siang nanti akan memberikan materi menulis sastra.

Tak lama di situ, saya meluncur ke gedung perpustakaan daerah. Niatnya pengen lihat pelatihan untuk perpustakaan digital, tapi sampai lokasi acara sudah selesai. ‘’Baru saja selesai mas, peserta melebihi undangan, snack katanya sampai kurang,’’ kata mas Said. Alhamdulillah.. Karena acara sudah selesai, saya balik lagi ke pelatihan menulis guru, sambil tak lupa membawa besekan untuk makan siang.

Begitu sampai di SMK-2, langsung koordinasi sama mas Bambang Indri untuk meluncur ke Kabupaten. DI sana akan dilakukan pemutaran film ‘Mestakung’ yang intinya untuk memberikan pelajaran karakter buat siswa. Ini juga program yang kebetulan berbarengan dengan Kadang Peduli. Di acara itu, Dedi ‘Miing’ Gumelar’ akan hadir. Beberapa hari sebelumnya saya sudah sms-an sama mas Miing ini yang intinya jiia waktunya memungkinkan akan saya ajak keliling melihat kegiatan yang FIKT lakukan.

Saya dan mas Bambang Indri sampai duluan di kabupaten. Setelah beberapa saat ngobrol dengan pejabat Diknas di Temanggung, mas Miing datang dengan rombongan yang terdiri atas pemain dan sutradara dari film Mestakung.

‘’Mas anif kok bisa di sini?’’

‘’Saya kan asli Temangghung mas… Ini mas Bambang Indri senior saya…’’

‘’Oo gitu.. lha kalau mas Anif ini senior saya di Republika,’’ kata mas Miing ke mas Bambang Indri.

‘’Mas miing kan juga seniornya mas Bambang Indri… Jadi kita saling seniorlah,’’ jawab saya disambut derai tawa bersama…hahahahaha.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, kami sholat luhur bersama di mushola. Begitu selesai sholat pak wakil bupati sudah menunggu. Sedikit basa-basi, akhirnya mereka menuju ke rungan untuk menonton film. Saya sendiri harus pamitan karena harus meresmikan perpustakaan ‘Kadang Ulum” di Karangwuni, Pringsurat.

Saat itu sudah pukul 12.40, sementara jadwal peresmian pukul 13.00. Mau tidak mau agar tidak terlambat, mobil harus dipacu agak kencang, meskipun hujan turun dengan derasnya. Beruntung teman sepermainan saya waktu di kampung dulu, Agus Polo, mau mengantar kesana-kemari, sehingga saya bisa konsentrasi ke kegiatan, tidak terganggu masalah sopir-menyopir.

Tepat pukul 13.00 saya sampai Karangwuni. Lho?? Kok masih kosong? Rupanya mas Widodo, mas Joni, dkk menunggu di rumah sebelah masjid, sementara saya langsung menuju perpustakaan. Pantas kok sepi. Tapi masyarakat Karangwuni juga belum tampak sama sekali, kecuali satu dua anak muda yang nantinya akan mengurus perpustakaan tersebut.

Ketika masuk ke perpustakaan yang belum diresmikan itu, ada beberapa anak yang sudah melihat-lihat buku. Sebagian besar buku masig plastikan, sehingga mereka hanya menatap sampul-sampul buku. Saya ambil tiga set ensiklopedia, saya buka plstiknya, dan saya berikan ke anak-anak itu untuk membaca. Senang melihat betapa antusiasnya anak-anak itu membuka-buka buku dan mengamati gambar-gambar yang ada dibuku.

Acara baru dimulai pukul 14.10. Kepala desa dan juga mantan kepala desa hadir, tak terkecuali ulama dan tokoh masyarakat lain. Di situ juga ada mas Budi yang menjadi kontak person untuk pendirian perpustakaan ini. Hadir juga mas Bambang Edhi, kadinas Arsip dan Perpustakaan. Pak camat yang kita undang tidak bisa hadir karena masih berduka, putra kesayangannya meninggal karena kecelakaan lima hari yang lalu.

‘’Terimakasih kepada FIKT yang memberikan perhatian kepada desa kami untuk didirikan perpustakaan,’’ kata kepala desa Karangwuni yang tidak pernah lepas dari asap rokok. Mantan kepala desa juga mengatakan hal serupa, dengan sedikit menceritakan bahwa ketika dia menjadi kepala desa, perpustakaan di Kawangwuni pernah menyabet sebagai juara-2 propinsi.

Persemian dilakukan dengan membuka selubung atau tepatnya korden yang tadinya menutup papan nama. Selama peresmian tersebut, hujan nyaris tidak pernah reda. Dalam kondisi hujan itu pula acara selesai, dan masing-masing pulang ke rumah untuk beristirahat, karena malamnya akan dilakukan silaturahmi dengan pak Bupati di pendopo.

(bersambung…)

No comments:

Post a Comment