Thursday, July 10, 2008

Presiden Abbas: Indonesia Tahu Kebutuhan Palestina


"Oo..dari Republika," begitu respon Presiden Palestina Mahmoed Abbas ketika kartu nama saya sodorkan. "Saya tahu Republika, koran untuk komunitas muslim, jadi kita bersaudara, satu perjuangan," sambungnya.

Bukan hanya Republika yang dia tahu, tokoh Islam pun dia kenal, setidaknya M Natsir yang dia sebut. "Saya tahu M Natsir sebagai tokoh muslim, saya pernah bertemu di Damaskus, tapi sudah lama sekali. Dia juga pendiri partai Islam Masyumi," kenangnya.

Begitulah Presiden Abbas sesaat sebelum wawancara khusus dengan wartawan Republika Anif Punto Utomo dan Jakarta Post di kediamannya di Amman Jordan, Sabtu (4/7). Wawancara ini sekaligus dilakukan sebagai pemanasan acara Minister Conference on Capacity Building for Palestine di Jakarta 14-15 Juli 2008.

T:Apakah Anda bisa hadir di konferensi itu?J:Yang mulia presiden mengundang kami. Sayangnya saya tidak bisa hadir karena pada tanggal itu saya sudah dijadwalkan jauh hari untuk bertemu Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Tetapi say sudah meminta perdana menteri untuk hadir bersama beberapa menteri.

Seberapa penting Anda melihat pertemuan tersebut?Sangat penting karena embrionya sudah dimulai pad 1955 di Bandung ketika Soekarno, Abdul Nasser, Nehru, Tito, dan lain-lain. Saat itu pertayaan tentang Palestina juga mengemuka. Sekarang setelah 50 tahun Palestina masih tetap sama.

Untuk itu saya percaya bahwa konferensi yang digagas Indonesia dan Afrika ini sangat penting bagi rakyat Palestina. Sekaligus sebagai komplementer dari pertemuan Annapolis dan Paris. Konferensi tersebut akan di follow-up sebuah komite dan kemudian diimplementaskan dalam sejumlah projek yang akan dijadwalkan kemudian.

Ini akan mengulang konferensi 1955. Kami tidak bisa lupa bagaimana Indonesia secara terus menerus peduli dan membantu rakyat Palestina. Untuk itu kami sangat hormat pada negara Anda, sebagai saudara, dan tentu saja kepada Presiden.

Pengembangan apa yag menjadi prioritas bagi Palestina?Kami punya beberapa prioritas. Pertama keamanan dan perekonomian. Keamanan saya kira di pantai barat sudah stabil, kami butuh penge,bangan industr, perumahan, infrastuktur, listrik. Itu menjadi prioritas.

Mengenai pembangunan kapasitas kami punya beberapa aspek yang perlu dikembangkan. Itu sangat berguna untuk memperbaiki kehidupan rakyat Palestina dan proses perdamaian secara menyeluruh. Tapi bagaimanapu, tanpa keamanan, tanpa ekonomi, semuanya bisa sia-sia.

Dengan situasi seperti sekarang apakah pembangunan kapasitas bisa diimplementasikan?Bisa, karena situasi sekarang secara keseluruhan sudah siap untuk mendukung projek-projek itu.

Keamanan sangat penting untuk terlaksananya projek ini, bagaimana situasi di Palestina sekarang?
Kondisi keamanan sangat bagus terutama di tepi barat. Di Gaza masih ada masalah, karena perseteruan antara Israel dan Hammas, sehingga tidak bisa diimplementasikan secara penuh. Tapi sekarang sudah lebih baik dibanding sebelumnya, dan saya harap nantinya akan stabil.

Bagaimana hubungan Pemerintah Palestina dengan Hammas?
Dengan Hammas, saya berinisiatif menghubungi mereka untuk rekonsiliasi sebulan lalu. Sekarang inisiatif ada ditangan liga Arab yang sedang membahas ide untuk bisa diimplementasikan dalam rekonsiliasi kelak. Saya harap dalam dua bulan ini sudah ada konklusi yang dihasilkan.

Apakah konferensi di Jakarta ini juga dibicarakan dengan Hammas?
Tidak. Kami otoritas pemerintahan yang diakui, dan saya presiden otoritas Palestina. Ini bagian dari urusan pemerintah, biar kami yang berperan di sini. Hammas sebagai oposisi biarlah dengan agendanya sendiri. Tentu saja kami akan mengajak mereka, tetapi sampai saat ini mereka diam saja.

Bagaimana pembicaraan mengenai perdamian saat ini?
Seperti Anda ketahui, sejak pertemuan di Annapolis, kita dusah membicarakan dengan Israel pada enam isu inti, yaitu Jerusalem, pengungsi, penempatan, perbatasan, keamanan dan air. Semuanya kita terbuka dengan Israel. Tentu saja ada partisipasi dari Amerika dari waktu ke waktu. Kami sudah berbicara secara intensif dengan Israel. Hanya sayangnya sampai saat ini belum ada finalisasi konkret dari isu-isu itu. Masih ada waktu enam bulan sampai 2008 ini semoga nanti ada yang suda membuahkan hasil.

Apa yang Anda harapkan dari Indonesia berkaitan dengan isu proses perdamaian tersebut?Kami memandang Indonesia sebagai saudara. Kami punya hubungan baik sejak di Bandung, bahkan sebelumnya.

Kami berharap segala-galanya dari Indonesia. Kami berharap Indonesia terus mensupport apa yang bisa dilakukan Indonesia. Kami tahu, Indonesia selalu memberikan yang terbaik utnuk membantu rakyat Palestina. Kami tidak meminta Indonesia untuk melakukan sesuatu, karena Indonesia tahu benar apa yang harus dilakukan untuk Palestina.

No comments:

Post a Comment