Monday, December 1, 2008

Kesenjangan Ekonomi, Kesenjangan Pendidikan

Tahukan Anda bahwa di Indonesia ini ada 23 ribu orang yang memiliki kekayaan di atas Rp 10 miliar? Itupun rumah, mobil, perhiasan, tidak dihitung. Seandainya dihitung mungkin lebih dari Rp 20 miliar.

Tahu jugakah Anda ada 400 ribu unit apartemen di Australia adalah milik orang Indonesia? Belum lagi di Singapura yang 100 ribu dan di Malaysia yang tak kurang dari 25 ribu.

Betapa kaya rayanya orang-orang Indonesia. Mereka tentu saja kebanyakan tinggal di Jakarta. Maka tak heran kalau Jakarta pun sekarang menjadi kota termahal ke-2 di ASEAN setelah Singapura. Jakarta sudah mengalahkan Kuala Lumpur dan Bangkok.

Jumlah orang kaya dari tahun ke tahun makin bertambah. Ternyata jumlah orang miskin pun begitu. Pada Maret 2007 jumlah orang miskin sekitar 37,17 juta, pada Juli ini diperkirakan mencapai 40 jutaan gara-gara kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Orang-orang miskin itu, hidup dengan Rp 180 ribu per bulan.

Data lain lagi yang diberikan Food and Agriculture Organization (FAO), saat ini ada sekitar 13 juta anak Indonesia yang menderita kelaparan dan malnutrisi. Secara persentase, jumlah bayi penderita kurang gizi mencapai 28 persen dari seluruh bayi. Jadi jika ada empat bayi, maka salah satunya kekurangan gizi.

***

Di daerah Jabotabek, ada sebuah sekolah yang kondisinya sudah miring, beberapa genteng sudah bolong. Dan benar, ketika anak-anak sedang belajar, tiba-tiba terdengar krakk....bruk.. Untung anak-anak dan guru itu segera keluar, karena beberapa saat kemudian atap bangunan roboh.

Di Jabotabek pula ada sekolah yang bangunannya kokoh dari beton, bertingkat, memakai AC. Buku-buku yang digunakan sebagian diimpor dari Singapura. Dan tentu, jalan di depan sekolah itu macet tiap pagi dan siang, karena ratusan mobil berderet menjemput anak-anak sekolah.

Di sebuah sekolah di Jogjakarta, ketika nilai ujian nasional dikeluarkan, 100 persen muridnya tidak ada yang lulus. Tak jauh dari sekolah itu, ada juga sekolah setingkat yang 100 persen lulus.

Dalam berbagai berita, kita juga sering membaca bahwa prestasi anak-anak Indonesia sangat membanggakan ketika bertarung di berbagai olimpiade kelas dunia. Semua kategori seperti fisika, biologi, matematika, dll, kita selalu menyabet emas. Tak jarang pula kita menjadi juara umum.

Di sisi lain, peringkat pendidikan Indonesia terus melorot, entah karena mutu pendidikan yang turun atau negara lain yang terus meningkat kualitasnya. Tapi yang jelas pada akhir 2007, peringkat Indonesia menurut United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara. Education Development Index Indonesia pada posisi 0,935, Malaysia 0,945 dan Brunei 0,965.

***

Apa yang kita bicarakan di atas tak lain adalah masalah kesenjangan. Dari sisi ekonomi masyarakat, terdapat kesenjangan yang mencolok antara yang kaya dengan yang miskin. Orang kaya jumlahnya makin banyak dan kekayaannya makin banyak pula. Tak mau kalah, jumlah orang miskin pun makin membengkak.

Dari sisi pendidikan pun terdapat kesenjangan, baik antarsekolah, maupun antara prestasi individual dan kondisi pendidikan secara umum. Lihat saja sekolah yang ambruk dengan sekolah yang megah. Tentu di sekolah yang reot itu tidak tersedia perangkat pendidikan yang memadai. Jangankan komputer, buku saja terbatas.

Sebaliknya di sekolah yang megah itu perangkat dan peraga lengkap, semua tersedia. Gurunya pun kemungkinan berkualitas tinggi karena mereka dibayar mahal. Maklum saja, di sekolah megah itu masuknya pun bisa sampai Rp 50 juta, belum bulannya yang satu sampai dua juta.

Kesenjangan pendidikan menjadi makin terlihat manakala kita memelototi hasil ujian nasional (UN). Bagaimana sebuah sekolah di perkotaan, terutama di kota besar yang secara rata-rata jauh lebih baik hasilnya dibanding dengan sekolah di luar jawa, apalagi yang di kota-kota kecil maupun pedalaman.

Dalam kondisi seperti itu, seperti dikatakan pengamamat pendidikan Anita Lie, siswa sepertinya terkotak-kotak sesuai dengan latar belakang sosial-ekonomi, yang dalam hal tertentu juga agama dan etnis. Kondisi ini makin diperparah dengan otonomi daerah yang pada gilirannya memunculkan variasi dan disparitas layanan pendidikan.

Di Temanggung, kesenjangan pendidikan seperti itu mesti juga kita temui, hanya mungkin kadarnya yang lebih rendah. Dan tentu ini akan menjadi pekerjaan rumah buat pemimpin baru di Temanggung, bagaimana agar pendidikan maju tanpa menciptakan kesejangan baru, bahkan sudah seharusnya kesenjangan itu makin dipersempit.

Lontar Agustus 2008

2 comments:

  1. itu merupakan kegagalan para pejabat pemerintah.
    karna kemerosotan aqidah,akhirnya timbul penyakit KKN.
    Yg menurut mereka pelakunya odalah oknum........
    klo menurut gw sih

    ReplyDelete
  2. wah, artikelnya bagus dan bermanfaat sob. mksih yah sob atas infonya dan sukses selalu nih sob! :)


    penerjemah bahasa jerman
    penerjemah bahasa belanda

    ReplyDelete