Wednesday, August 20, 2008

Perikehewanan di Cancun

Forgea terlihat pucat. Terpancar dari wajah mungilnya sebuah ketakutan yang amat sangat. Baru sekali ini dia mengalami peristiwa yang sangat luar biasa: terperangkap di sebuah kapal tanker yang terbakar, dan terkatung-katung di tengah laut.

Kapal tanker dengan nama Insiko 107 tersebut terbakar pada 13 Maret 2002, dan terseret arus laut hingga 1.100 kilometar ke arah tenggara Hawaii. Untung ada kapal wisata sehingga semua awak kapal bisa diselamatkan. Tapi rupanya, si Forgea lewat dari penyelamatan itu.

Kemudian dilakukan operasi penyelamatan terhadap Forgea. Tapi perlu biaya besar untuk operasi tersebut. Maka dilakukanlah penggalangan dana oleh Kelompok Perhimpunan Kemanusaiaan Hawaii, yang akhirnya bisa mengumpulkan dana 50.000 dolar (Rp 430 juta).

Siapakah Forgea sampai-sampai banyak donatur yang merelakan dana ratusan juta untuk menyelamatkannya? Forgea adalah anjing jenis terrier campuran. Dia naik ke kapal bersama tuannya, tetapi tertinggal saat penyelamatan awak kapal.

Entah, apakah akhirnya anjing itu terselamatkan atau tidak. Kita hanya perlu tahu bahwa, ternyata untuk menyelamatkan seekor anjing, tak segan para donatur mengeluarkan hampir setengah miliar rupiah dari kantongnya.

***

Kemewahan bagi gorila adalah jika dia dapat makan dengan enak, dan makanan tersebut bisa diperoleh dengan mudah. Tentu, tersedia juga pohon-pohon yang rindang, sehingga dia bisa bergelantungan, bermain-main dengan anaknya.

Meski begitu toh ada orang kaya yang mewariskan Rp 6 miliar hartanya untuk membangun istana buat gorila. Di situ ada ruang tidur ber-AC, lantai keramik, hutan beserta kolam yang dibuat senatural mungkin, termasuk bukit-bukit cadasnya. Rumah berbentuk gua berkubah itu, berdiri megah di atas tanah seluas 6.000 meter persegi di Kebun Binatang Ragunan.

***
Ada sebuah keluarga di Jakarta yang memelihara anjing doberman. Biaya untuk memberi makan anjing tersebut dua kali lipat dari gaji yang diberikan kepada pembantunya. Pekerjaannya, anjing itu hanya lari pagi, istirahat, makan, tidur, dan menggonggong, sedangkan pembantu mengurusi kerjaan rumah dari pagi sampai malam.

***
Begitulah nasib hewan, terkadang mereka lebih diperhatikan dibanding manusia. Orang kaya, entah kenapa acap kali rela mengeluarkan dana jutaan, bahkan miliaran, untuk kepentingan hewan atau binatang, sementara untuk sesamanya terkesan enggan.

Kondisi seperti itu sebetulnya terjadi pada para petani di negara berkembang --sekalipun mungkin tak seorang pun merasakan. Di mana hewan ternak disubsidi oleh pemerintah negara maju hanya sekadar untuk menekan kehidupan petani di negara miskin.

Di Amerika Serikat misalnya, pemerintah memberikan subsidi dua dolar per hari untuk hewan peliharaan di sana. Hal serupa juga dilakukan di Uni Eropa, dengan nilai tak jauh beda. Subsidi itu diberikan mengingat hewan di sana tidak mampu bersaing dengan hewan luar negeri, sehingga petani dan peternak di sana perlu disuntik dana gratis.

Besarkah nilai subsidi tersebut? Relatif. Tapi yang jelas subsidi untuk hewan itu besarnya dua kali lipat pendapatan penduduk miskin di negara berkembang, yang oleh lembaga internasional dipatok satu dolar per hari.

Indonesia dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO di Cancun, Maksiko pekan silam berusaha agar subsidi pada hewan dan subsidi lain di negara maju bisa dihapus. Alasannya, subsidi tersebut mematikan kehidupan petani di Indonesia maupun negara miskin lain.

Indonesia yang didukung 32 negara berkembang, bertarung dengan negara maju yang tergabung dalam Organisasi Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang mengalokasikan 350 miliar dolar untuk mensubsidi petaninya (di antaranya Amerika Serikat 90 miliar dolar, Uni Eropa 112,6 miliar dolar, dan Jepang 55,7 miliar dolar). Tapi rupanya usaha itu gagal.

Negara maju tak peduli dengan nasib petani di negara berkembang yang kian lama kian miskin. Mereka lebih suka mensubsidi sapi, domba, atau hewan lainnya, ketimbang memberi peluang bagi sesamanya untuk mengecap kehidupan yang lebih baik.

Orang-orang kaya terkadang memang lebih sayang kepada binatang ketimbang sesama manusia. Cancun juga membuktikan bahwa negara kaya dalam satu item memiliki perikehewanan yang lebih tinggi ketimbang perikemanusiaan.@

Resonansi 17 September 2003

* Ketidakadilan ekonomi barat dan dunia ketiga menjadi inspirasi munculnya tulisan ini

No comments:

Post a Comment